Thursday, January 10, 2013

About Agile and Customer Focused

http://blogs.atlassian.com/2010/03/zynga_on_game_development_tools/

Zynga menggunakan agile development methodology, seperti yang dijelaskan QA Manager Zynga, Micah Figone di suatu interview.

Agile Development Methodology adalah metode pengembangan software yang seharusnya lebih 'lincah' dibandingkan metode tradisional seperti Waterfall (plan-build-test). Agile menggunakan iterasi proses plan-build-test-evaluate yang lebih singkat dibanding Waterfall, sehingga dapat lebih cepat beradaptasi dengan kondisi yang tidak sesuai rencana. Sebenarnya saya sendiri belum terlalu paham detail dari Agile Software development ini sendiri, walau sebenarnya beberapa konsep dari Agile Development sudah diadaptasi untuk diterapkan di Agate Studio.

Interview tersebut dilakukan oleh perusahaan yang membuat tools yang digunakan di Zynga untuk membantu proses planning-development-dan testing. Namun hal yang paling menarik perhatian saya bukanlah berbagai fitur canggih yang dimiliki tools yang bersangkutan, tapi mengenai salah satu bagian dari proses Agile Development.


Pada video penjelasan tools untuk membantu Agile Development tersebut, backlog (semacam daftar pekerjaan yang belum dikerjakan) dalam sebuah Agile Development bukanlah nama fitur, atau jumlah asset art yang perlu dibuat, namun suatu hal yang disebut user story. User story di sini adalah deskripsi pengalaman apa yang ingin kita berikan ke pada user, atau pengalaman apa yang ingin kita dapatkan saat menggunakan aplikasi atau game kita. Hal ini menarik karena biasanya milestone ditentukan berdasarkan % (persen) penyelesaian game tersebut, atau batas waktu, atau implementasi sebuah fitur besar. Dengan membuat tim bergerak sesuai user story yang ingin kita inginkan, maka game atau aplikasi tersebut akan lebih mendekati kebutuhan user.

Menurut saya, game lebih cocok untuk menerapkan sudut pandang development seperti ini, jangan lagi melakukan planning development berbasis fitur atau modul yang perlu dibuat. Kita ambil contoh sebuah game RPG, jika kita merencanakan fitur battle akan diimplementasi pertama, mungkin pemain belum bisa bergerak di peta, belum ada dialog saat battle, atau bahkan monster yang kita lawan masih berupa asset dummy atau placeholder.

Sedangkan jika sudut pandangnya adalah user story, misalnya kita ingin pemain bisa melawan monster random di peta dunia. Story seperti ini mungkin akan melibatkan modul battle, modul world map, sedikit tentang UI, sedikit tentang sistem karakter dan monster. Yang dipastikan di sini adalah saat seorang pemain memainkan game tersebut, dia akan mendapatkan key experience yang nantinya akan dihadapi pemain dalam game akhirnya, walaupun dinilai merupakan bagian kecil. Keuntungan dibanding model pada paragraf sebelumnya adalah kita dapat menguji experience pemain dalam memainkan game kita dan mendapat feedback lebih cepat tentang aspek non teknis seperti gameplay atau look and feel game tersebut.

Apakah ada yang pernah menggunakan metode Agile? Apakah pemahaman saya tentang Agile di atas sudah benar?

No comments:

Post a Comment